Sumber gambar, Getty Images
-
- Penulis, John Murphy *
- Peranan, BBC
Setiap kali saya memberi tahu seseorang bahwa kakek saya yang berkewarganegaraan Irlandia pernah menerjemahkan buku Mein Kampf karya Adolf Hitler, mereka biasanya akan menanyakan alasannya. Lantas muncul pertanyaan berikutnya dari mereka, “Apakah dia seorang Nazi?”
Saya kerap menjawab sederhana, “Tidak, dia bukan seorang Nazi” dan “mungkin saya juga akan menerjemahkannya.”
Kakek saya adalah seorang jurnalis dan penerjemah. Dia tinggal di Berlin pada tahun 1930-an. Dari dua pekerjaan itulah dia mencari nafkah.
Bukankah penting bagi orang Eropa untuk memahami siapa sebenarnya orang yang dijuluki “Diktator Agung” itu?
Tentu saja kakek saya dan banyak orang lain yang bukan Nazi berpikir demikian pada saat itu. Jangan lupa, kakek saya berpikir demikian sebelum Hitler menunjukkan kejahatannya yang paling bengis.
Hitler meraup untung besar dari buku yang dia tulis pada tahun 1924 itu. Di dalam bukunya, Hitler menguraikan berbagai gagasannya tentang nasionalisme Jerman, anti-Semitisme, dan rasisme.
Pada waktu itu, Hitler membebaskan dirinya dari kewajiban membayar pajak atas pendapatan yang dia terima dari penjualan buku tersebut.
Setelah menjadi kanselir Jerman, Hitler bahkan membeli jutaan eksemplar dan memberikannya kepada para pengantin baru.
Di Jerman, Mein Kampf diperkirakan terjual hingga 12 juta eksemplar.
Kisah intrik
Buku terjemahan Mein Kampf kakek saya adalah versi bahasa Inggris lengkap pertama. Diterbitkan di London pada tahun 1939, buku terjemahan itu dirundung berbagai persoalan, dari urusan hak cipta, perjalanan diam-diamnya ke Jerman yang dikuasai Nazi, dan peran seorang mata-mata Uni Soviet.
Kakek saya bernama James Murphy. Dia mulai tinggal di Berlin sejak tahun 1929, sebelum Nazi berkuasa.
Dia mendirikan sebuah majalah untuk kaum intelektual bernama The International Forum. Majalah itu mayoritas berisi terjemahan wawancara dengan berbagai tokoh terkemuka, antara lain Albert Einstein dan Thomas Mann.
Namun, situasi ekonomi yang buruk kala itu memaksanya untuk kembali dari Jerman ke Britania Raya.
Sumber gambar, Dokumentasi John Murphy
Saat kembali ke London, kakek saya menulis buku pendek berjudul Adolf Hitler: The Drama of His Career. Melalui buku itu, dia berupaya menjelaskan mengapa begitu banyak orang Jerman tertarik pada Nazi.
Kakek saya kemudian kembali ke Berlin pada tahun 1934. Pada saat itulah ia menganggap tulisan Hitler tersebut menyimpang dan begitu buruk.
Dia sangat kritis terhadap versi singkat Mein Kampf. Ukuran buku itu hampir sepertiga dari versi asli dua jilid yang diterbitkan dalam bahasa Inggris pada tahun 1933.
Pada akhir tahun 1936, Nazi meminta kakek saya untuk menerjemahkan versi lengkap Mein Kampf. Tidak jelas mengapa. Mungkin Menteri Propaganda Nazi kala itu merasa Mein Kampf versi bahasa Inggris perlu.
Namun pada suatu saat di tahun 1937, Nazi berubah pikiran. Kementerian Propaganda Nazi menyita semua salinan lengkap naskah terjemahan yang dikerjakan Murphy.
Dia kembali ke Inggris pada September 1938. Kala itu dia mendapati sejumlah penerbit bersemangat menerbitkan terjemahan Murphy meski khawatir tentang hak cipta.
Sumber gambar, Dokumentasi John Murphy
Persoalannya, Murphy meninggalkan karya lengkapnya di Jerman.
Tepat ketika kakek saya hendak kembali ke Berlin untuk menyelesaikan masalah tersebut, dia menerima pesan dari kedutaan besar Jerman di London. Mereka bilang, Jerman tidak memberinya visa.
Kabar itu menghancurkannya. Kakek saya boros dan telah kehabisan uang. Dia telah menggantungkan harapannya pada penerbitan buku Hitler dalam bahasa Inggris. Saat itulah istrinya, nenek saya, menawarkan diri untuk menggantikannya.
“Mereka tidak akan tahu siapa saya,” tegasnya, menurut ayah saya, Patrick Murphy.
“Jadi, nenek sayalah yang kembali ke Jerman. Dia bertemu seorang pejabat Nazi yang dikenalnya di Kementerian Propaganda, seorang pria bernama Seyferth,” kenang ayah saya.
Di Berlin
Sayangnya, nenek saya yang bernama Mary memilih hari yang buruk. Saat itu, 10 November 1938, baru saja terjadi Kristallnacht, kerusuhan yang menyasar warga Yahudi.
Ketika itu toko-toko milik warga Yahudi diserang kelompok Nazi. Meski begitu, janji pertemuan Mary dengan pejabat Kementerian Propaganda tidak dibatalkan.
“Ada sekelompok orang Amerika yang sedang mengerjakan terjemahan Mein Kampf saat ini, jadi mereka tidak akan bisa menghentikannya,” kata pejabat Nazi itu kepada nenek saya.
“Anda tahu suami saya telah menerjemahkan dengan akurat dan adil, terjemahan yang sangat baik, jadi mengapa Anda tidak memberikan kami naskahnya?”
Pejabat Nazi itu tetap menolak memberi naskah lengkap Mein Kampf kepada nenek saya.
“Saya punya istri dan dua anak. Apakah Anda ingin saya berakhir di dinding dan ditembak?” ujarnya.
Lalu Mary teringat bahwa suaminya telah memberikan salah satu draf pertama kepada salah satu sekretarisnya, seorang perempuan Inggris bernama Daphne French.
Nenek saya mencarinya di Berlin, dan untungnya, masih menyimpan salinannya.
Mary membawa naskah tersebut ke London. Dengan terjemahan versi Amerika yang akan segera terbit, terjadilah perlombaan untuk menerbitkan karya kakek saya secepat mungkin.
Pada bulan Maret 1939, Hurts dan Blackett/Hutchinson menerbitkan versi Inggris pertama yang tidak disunting dari Mein Kampf.
Sumber gambar, Dokumentasi John Murphy
Pada Agustus 1939, 32.000 eksemplar terjemahan Mein Kampf yang dikerjakan kakek saya telah terjual. Buku itu terus dicetak hingga suatu hari ketika serangan bom Jerman menghancurkan mesin cetak.
Terjemahan Mein Kampf versi Amerika Serikat yang baru kemudian menjadi standar. Seorang pakar hak cipta yang telah menulis tentang Mein Kampf memperkirakan bahwa edisi kakek saya terjual antara 150.000 dan 200.000 eksemplar.
Namun, kakek saya tidak menerima royalti atas pekerjaannya.
Penerbit Hutchinson berargumen bahwa pemerintah Jerman telah membayar kakek saya dan hak ciptanya belum diamankan. Penerbit itu cemas dituntut oleh penerbit Nazi, Eher Verlag.
Dan sebuah surat resmi dari Jerman, yang lebih merupakan kecaman terhadap James Murphy, menegaskan bahwa Berlin tidak menyetujui terjemahannya.
Tetapi Jerman tidak melakukan apa pun. Eher Verlag bahkan menuntut salinan gratis dan pembayaran royalti. Mereka tidak pernah menerima apa pun.
Edisi Murphy tidak lagi dicetak, dan meskipun salinannya dapat ditemukan tersebar di seluruh dunia, edisi tersebut juga tersedia daring.
Ditandatangani oleh penulis
Salinan terjemahan Mein Kampf versi kakek saya ada di brankas Perpustakaan Wiener di London. Lembaga ini menyimpan koleksi lengkap materi holokos dan genosida.
Di halaman utama buku terdapat foto Hitler dan sekelompok orang yang tersenyum di Berchtesgarden, di Pegunungan Alpen Bavaria.
Sebuah catatan pensil menjelaskan bahwa Hitler datang ke desa tersebut untuk menandatangani salinan Mein Kampf. Di buku itu terdapat tanda tangan Hitler, dibuat dengan pensil.
Buku tersebut, yang dibeli pada tahun 1939 di Britania Raya, tampaknya berasal dari para pengagumnya yang berkebangsaan Inggris yang mengunjungi Hitler di tempat peristirahatannya di Alpen.
Foto tersebut memiliki beberapa anotasi, dengan tiga anak panah: satu bertuliskan “M. Bormann?”, yang lainnya hanya “Hitler”, dan yang terakhir menunjuk ke seorang perempuan muda berpakaian putih yang berkata “Karen”.
Sumber gambar, AFP
“Selalu agak menyeramkan memegang buku itu di tangan, padahal ia tahu buku itu ada di tangannya saat menandatanganinya,” kata Ben Barkow, Direktur Perpustakaan Wiener.
Ia kemudian menunjukkan kepada kami sebuah edisi terjemahan James Murphy yang terjual dalam 18 cetakan ulang mingguan.
Namun, yang luar biasa adalah apa yang tertulis di baliknya: “Royal dari semua penjualan akan disumbangkan kepada Palang Merah Inggris.”
Di sisi lain tertulis: “Peta Jalan Imperialisme Jerman. Buku yang paling banyak dibicarakan di dunia modern.”
Mata-mata
Ada lagi hal menarik dalam kisah penerjemahan ini. Saat kakek saya mengerjakan buku itu, ia meminta bantuan seorang perempuan Jerman yang direkomendasikan kepadanya oleh seorang penulis Yahudi yang juga pemilik tanahnya.
Kakek saya menyebut Greta Lorcke—begitu perempuan itu dipanggil—sebagai salah satu orang terpintar yang pernah ia temui.
Namun, James sempat beberapa kali berdebat dengannya. Meskipun dia ingin menghasilkan terjemahan yang paling mudah dibaca, dalam bahasa Inggris yang baik, Greta terkadang mengubahnya untuk mencerminkan bahasa Hitler yang berbelit-belit dan vulgar.
“Itu benar-benar mengganggu kakek saya,” kata ayah saya. “Dan kakek akan mengubahnya lagi.”
Sumber gambar, Dokumentasi John Murphy
Namun, ada hal lain tentang Greta yang tidak diketahui kakek saya. Selama perang, Nazi menemukan bahwa Greta dan suaminya, Adam Kuckhoff, adalah anggota jaringan mata-mata Uni Soviet yang terkenal kejam, Orkestra Merah.
Adam Kuckhoff dieksekusi, sementara hukuman Greta diringankan menjadi penjara seumur hidup. Ia selamat dari perang dan menceritakan pertemuan pertamanya dengan James Murphy dalam autobiografinya.
“Saya sangat terkesan ketika ia datang menemui saya di lobi utama. Ia tampan, tinggi dua meter, dan berat 100 kilogram, berwibawa aristokrat, seorang pria yang menginspirasi kepercayaan diri,” tulis kakek saya.
“Cara kami membahas terjemahannya, yang akan saya bantu, membuat saya yakin bahwa ia bukan simpatisan Sosialis Nasional,” tulisnya.
Greta memiliki banyak keraguan tentang apakah kakek saya harus menerjemahkan Mein Kampf, seperti yang ia jelaskan kepada ayah saya bertahun-tahun kemudian.
“‘Untuk apa saya membantu orang ini menerjemahkan buku yang mengerikan ini ke dalam bahasa Inggris?'” dia bertanya-tanya, tetapi kemudian dia berkonsultasi dengan orang-orang Soviet yang dikenalnya.
“Mereka mengatakan kepada kakek saya bahwa buku itu perlu diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris yang baik,” kenang ayah saya.
Mereka mengetahui hal ini dari duta besar Soviet di London, Maisky, yang sangat mengenal mantan Perdana Menteri Inggris David Lloyd George.
George pernah berkata kepada Maisky, ‘Saya tidak tahu mengapa Anda mengatakan semua ini ada di Mein Kampf.’ Saya sudah membacanya, dan ternyata tidak ada.’
Ternyata George telah membaca versi yang diperkecil, yang dikontrol oleh Nazi. Beberapa bagian yang paling buruk telah dipotong.
Itulah yang dikatakan Rusia kepada Greta. ‘Kamu harus membantu orang ini, menerjemahkannya.’
Memalukan, tapi saya tidak pernah bertemu dan mengenal kakek saya. Beliau meninggal karena masalah jantung pada tahun 1946, tepat sebelum ulang tahunnya yang ke-66.
Beliau adalah sosok yang rumit sekaligus menarik.
Beliau adalah seorang cendekiawan sejati, berpengetahuan luas dalam sastra, seni, dan sains, seorang jurnalis, profesor, penerjemah, dan pakar fasisme Italia dan Nazisme Jerman.
Beliau fasih berbahasa Prancis, Italia, dan Jerman. Beliau memimpikan Eropa yang damai dan bersatu.
Namun, pada akhirnya, meskipun bukan itu tujuannya, ia akan paling dikenang sebagai orang yang menerjemahkan Mein Kampf.
*Tulisan ini awalnya diterbitkan pada Januari 2015
