Sumber gambar, Getty Images
Jalur pendakian Gunung Rinjani di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) dibuka kembali setelah sebelumnya sempat ditutup untuk perbaikan menyusul insiden kematian pendaki Brasil Juliana Marins beberapa waktu lalu.
Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) mengatakan jalur pendakian Gunung Rinjani dibuka kembali pada 11 Agustus setelah dilakukan perbaikan tata kelola dan revisi standar operasional prosedur (SOP) dilakukan bersama stakeholder terkait.
“Jalur pendakian di kawasan telah dilakukan perbaikan untuk meningkatkan keselamatan dan kenyamanan pengunjung,” ujar Kepala Balai TNGR, Yarman, seperti dikutip dari kantor berita Antara, Senin (11/08).
Revisi SOP pendakian yang dilakukan, kata Yarman, termasuk penyesuaian kelas jalur, rasio guide, sistem asuransi, dan kontijensi keselamatan.
Pengunjung juga harus melakukan pembelian tiket secara online melalui aplikasi resmi yang telah diterapkan.
“Kebijakan ini akan terus dievaluasi secara berkala untuk menjaga keselamatan dan kenyamanan seluruh pengunjung.
Perbaikan jalur pendakian dilakukan pada sejumlah titik rawan, termasuk jalur Pelawangan Sembalun menuju Danau Segara Anak.
Selain itu, jalur pendakian lainnya seperti Senaru, Sembalun, Timbanuh, Tetebatu, dan Aik Berik juga telah diperbaiki.
Tim gabungan yang terdiri dari TNI, Polhut, Rinjani Squad, porter lokal, ojek Rinjani, serta relawan turut serta dalam pekerjaan ini.
Beberapa langkah perbaikan yang dilakukan antara lain pemasangan reling, tali pegangan, tangga pengaman, dan tangga alami.
Selain itu, untuk mengurangi risiko kecelakaan, papan peringatan juga dipasang di titik rawan, serta pembangunan shelter emergency di Plawangan 4 sebagai tempat perlindungan sementara.
Sumber gambar, Tom de Souza
Sebelumnya, seorang warga negara asing mengisahkan perjalanannya ke Lombok dengan harapan mendaki Gunung Rinjani, yang menjadi sorotan setelah insiden yang menewaskan pendaki Brasil Juliana Marins beberapa waktu lalu.
Tom de Souza menempuh 14 jam perjalanan dari Bali, dengan membayangkan dirinya berdiri di puncak Rinjani.
Tapi harapan itu sirna karena Gunung Rinjani ditutup untuk pendakian setelah tiga wisatawan asing jatuh dalam tiga pekan.
Rozan Fikri, pemilik penginapan sekaligus staf Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) menyebut pihak taman nasional “sedang memperbaiki jalur dan memasang peralatan keselamatan baru”.
Pemasangan pagar pengaman baru
Rozan Fikri, yang telah bekerja di TNGR sejak 2017, adalah salah satu orang yang mengenal Rinjani dengan erat.
Ia mendaki setidaknya sebulan sekali untuk mendampingi para pendaki atau memeriksa keamanan dan keselamatan jalur pendakian.
Rozan menjadi salah satu tim pertama yang membantu penyelamatan wisatawan Belanda, Sarah Tamar van Hulten pada 17 Juli dari Segera Anak.
Lokasi itu dekat dengan tempat wisatawan Swiss, Benedikt Emmeneger jatuh sehari sebelumnya.
Sumber gambar, Tom de Souza
Menurut Rozan, lokasi kedua kecelakaan itu sudah diidentifikasi sebagai titik berbahaya.
“Itu adalah titik di mana Anda harus fokus dan pastikan Anda dalam kondisi yang fit.”
Meskipun ada beberapa pagar pengaman, materialnya cepat rusak karena terpapar cuaca ekstrem—panas, dingin, hujan.
Saat ini, TNGR sedang memasang pagar pengaman baru dari Pelawangan hingga puncak dan menuju Danau Segara Anak.
“Materialnya dibawa ke Sembalun dan dilas di bawah. Dari sana, diangkut ke Pelawangan menggunakan kendaraan, lalu dibawa porter untuk dipasang,” jelas Rozan.
Pemasangan ini merupakan respons TNGR setelah kematian Juliana Marins dua pekan sebelumnya.
Rozan sedang melakukan pemeriksaan ketika dia mendengar insiden terbaru terhadap wisatawan asing yang mendaki Rinjani.
Dia lantas menempuh 40 menit menuruni gunung menuju lokasi penyelamatan, membawa peralatan dari pos darurat Pelawangan, dan membantu mengkoordinasi evakuasi menggunakan helikopter.
Menurut Rozan, pos darurat Pelawangan adalah salah satu dari dua pos yang ada di gunung; pos lainnya berada di Danau Segara Anak.
Meskipun setiap pos dilengkapi dengan peralatan yang diperlukan, sering kali jumlahnya tak mencukupi.
Sumber gambar, Tom de Souza
Ia menjelaskan, “Di kedua pos, peralatannya terbatas. Kami memiliki barang-barang yang dibutuhkan, tetapi jumlahnya tidak memadai.”
“Terkadang, kami harus membawanya dari bawah. Kami juga harus berkoordinasi dengan anggota tim di lapangan.”
Pemerintah Indonesia kini berencana meningkatkan peralatan keselamatan.
Agam Rinjani, penyelamat yang mendulang popularitas setelah penyelamatan Juliana Marins, juga akan menggunakan sebagian donasi senilai Rp1,3 miliar dari warganet untuk memperbaiki infrastruktur keselamatan.
Namun, Rozan menekankan bahwa sebagian besar kecelakaan disebabkan oleh kelelahan dan kurangnya hati-hati.
Panduan yang lebih ketat dan pelatihan yang lebih baik untuk pemandu juga akan meningkatkan keselamatan, menurut Rozan.
Ia menambahkan bahwa keselamatan pengunjung juga bisa ditingkatkan melalui pelatihan dan prosedur yang lebih ketat untuk para pemandu.
“Cara untuk mencegah insiden seperti ini adalah dengan berfokus pada para pemandu. Mereka paling memahami gunung, tahu jalur teraman, dan mengerti kondisi lebih baik dari siapa pun.”
“Di atas sana, kondisi bisa berubah dengan cepat. Dalam beberapa jam saja, cuaca bisa berubah dari cerah menjadi kabut tebal disertai hujan dan angin.”
Sumber gambar, Tom de Souza
Saat ini, ada peraturan wajib yang menetapkan rasio tiga porter dan satu pemandu untuk setiap turis asing. Pemandu harus memberikan pengarahan kepada turis pada malam hari sebelum pendakian dan wajib mendampingi mereka selama perjalanan.
Pada 8 Agustus 2025, Balai TNGR mengeluarkan SOP pendakian terbaru yang mulai berlaku pada 11 Agustus 2025. SOP ini mencakup sejumlah aturan yang lebih ketat terkait keselamatan pendaki:
Registrasi dan pembayaran tiket
Pendaki wajib melakukan registrasi melalui aplikasi eRinjani atau melalui jasa operator (TO). Setelah registrasi, pendaki harus melakukan pembayaran untuk memperoleh eTicket.
Surat kesehatan dan asuransi
Setiap pendaki diwajibkan melampirkan surat kesehatan dari dokter yang menyatakan bahwa mereka dalam kondisi sehat. Selain itu, pendaki juga harus membeli asuransi jiwa dari perusahaan yang telah ditunjuk oleh Balai TNGR.
Pengalaman mendaki dan surat pernyataan
Pendaki diwajibkan memiliki pengalaman mendaki, yang dapat dibuktikan dengan foto, sertifikat, atau wawancara. Pendaki yang belum berpengalaman (pendaki pemula) harus didampingi oleh guide berpengalaman.
Pendaki di bawah 17 tahun
Pendaki yang berusia di bawah 17 tahun wajib didampingi oleh guide atau pendaki berpengalaman dengan surat izin tertulis dari orang tua atau wali.
Jika terdapat perubahan jadwal, pendaki diwajibkan melapor dengan alasan dan bukti pendukung.
Penerapan SOP terbaru ini diharapkan dapat meningkatkan tingkat keselamatan dan kenyamanan pendaki, serta mencegah terjadinya kecelakaan di jalur pendakian.
‘Mendaki Rinjani butuh kekuatan fisik dan mental’
Saat jalur pendakian Rinjani ditutup, tampak toko-toko tutup di Sembalun. Hanya segelintir orang tampak berkumpul di sekitar api unggun.
Ada lima pendaki berusia 20-an dari Banyuwangi dan seorang pensiunan berusia 58 tahun bernama Heri dari Semarang. Mereka baru saja turun gunung dari lima hari pendakian.
Heri, yang sedang dalam perjalanan mendaki tujuh gunung berapi di Indonesia, menyebut Rinjani sebagai gunung yang sulit, tetapi bukan ekstrem.
Bagi Heri, mendaki adalah hidupnya.
“Saya tidak pernah menghitung berapa banyak gunung yang sudah saya daki. Bukan itu intinya. Yang penting adalah menikmatinya,” ungkapnya.
Sumber gambar, Tom de Souza
Sadar akan kontroversi seputar Rinjani, Heri menekankan pentingnya persiapan yang matang bagi setiap pendaki.
“Rinjani memang gunung yang sulit, itu pasti. Tapi saya tidak akan menyebutnya ekstrem. Mendaki Rinjani butuh kekuatan fisik dan mental.”
“Persiapan mental akan memberi Anda cadangan kekuatan ekstra saat Anda merasa sudah tidak punya apa-apa lagi.
“Itu terbentuk dari pengalaman Anda di alam bebas. Tanpa itu, Anda tidak bisa mendaki gunung ini.”
Rinjani, menurut Heri, cocok untuk pendaki pemula, tapi ada levelnya.
“Anda harus mengerti dan menghormati kemampuan diri sendiri, jangan memaksakan diri hanya demi mencapai puncak,” katanya.
“Untuk melihat pemandangan seperti dari puncak Rinjani, Anda harus berjuang. Itu bagian dari keindahannya.
“Kalau Anda belum pernah mendaki, tentu saja akan terasa sulit. Kalau tidak ada risiko, maka itu bukan gunung,” pungkas Heri.
Heri, yang telah mendaki Rinjani delapan kali, berpendapat bahwa peralatan keselamatan baru sudah seharusnya dipasang sejak lama.
“Ini penting untuk menjamin keselamatan. Tapi, banyak faktor lain yang perlu diperhatikan. Kita juga harus menjaga keutuhan alam.”
Sumber gambar, Tom de Souza
“Sebagian pendaki berpengalaman mungkin lebih suka gunung dibiarkan alami. Dan yang paling penting, setiap pendaki harus memiliki persiapan yang matang,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa tes bakat bisa membantu, tetapi aturan yang terlalu ketat bisa membuat pariwisata enggan.
“Jika aturannya terlalu ketat, jumlah pengunjung akan berkurang. Namun, jika ingin pengunjung lebih banyak, jangan membuat aturan yang terlalu ketat. Ini adalah keseimbangan yang sulit,” katanya.
“Kita harus menghormati gunung. Jika kita merawatnya, gunung akan menjaga kita. Itu adalah hukum alam.”
Gunung suci bagi masyarakat adat
Hamid, pemandu wisata budaya di Gunung Rinjani, menjelaskan bahwa sebelum menjadi taman nasional, Rinjani sudah dianggap suci oleh masyarakat setempat sejak zaman Majapahit.
“Rinjani itu berbahaya karena merupakan gunung berapi aktif, dan jika meletus, dampaknya bisa sangat dahsyat. Masyarakat setempat sangat menghormatinya. Mereka ingin memuliakannya dan memastikan gunung ini tetap suci.”
“Pada zaman Majapahit, agama Hindu sangat berkembang. Orang-orang akan mendaki ke puncak, turun ke danau, dan mengurbankan kerbau dalam ritual.”
“Gunung ini juga menjadi tempat untuk mencari hal-hal yang lebih dalam, seperti ilmu, kemurnian, dan penyucian diri,” tambahnya.
Sumber gambar, Tom de Souza
Menurut Hamid, sebagian besar sejarah mistis ini telah hilang. Padahal, hal itu adalah bagian penting dari budaya lokal yang ia harapkan bisa dilestarikan.
“Sekarang, ada banyak tempat mistis di gunung ini. Tapi kebanyakan pendaki adalah orang asing. Banyak dari mereka tidak peduli.”
“Mereka hanya ingin berfoto. Padahal bagi kami, ada ritual sebelum mendaki. Kita harus terus menghormati keyakinan ini, karena inilah cerita kita.”
“Saya berharap kita bisa menjaga sejarah sakral gunung ini. Melindunginya bersama-sama, sebagai tempat wisata, tempat mistis, dan tempat ekonomi,” katanya.
Gabriel Lorenzo dan Anna Martinez termasuk di antara sedikit wisatawan asing yang masih berada di sekitar Gunung Rinjani.
Mereka memahami alasan Rinjani ditutup, meskipun rencana pendakian mereka batal.
“Di Eropa, banyak kecelakaan terjadi di gunung. Saya dari Italia utara, dan kami sering mendengar berita tentang orang meninggal,” ujar Gabriel.
“Di Spanyol, pemerintah mengimbau masyarakat agar waspada dan tidak melakukan hal-hal bodoh atau pergi ke tempat yang dilarang,” tambah Anna.
Pencarian pos Senaru
Tom, Heri dan Didi, lalu berkendara mencari pos Senaru.
Didi mengatakan pos itu dulunya berada di dekat kampung adat, tetapi hancur akibat gempa tahun 2018. Ia sendiri tidak yakin ke mana pos itu dipindahkan.
Akhirnya, mereka menemukan sebuah jalan kecil di gang yang berbelok ke kiri. Aspalnya retak dan jalan itu hanya cukup dilewati satu mobil.
Jalurnya menanjak curam, diapit hutan lebat di kedua sisinya. Menjelang puncak, jalanan semakin rusak dan tidak bisa dilalui kendaraan roda dua.
Mereka melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Di puncak, hanya ada dua staf yang berjaga. Tidak ada pendaki.
Sumber gambar, Tom de Souza
Heri dan Didi mengeluhkan kondisi jalan dan kantor yang terbengkalai. Heri menunjuk aspal yang dipenuhi rumput liar dan kabel listrik yang tergeletak di bawah sebatang kayu.
“Seharusnya ini tempat yang alami dan indah. Jalan ini tidak memberikan kesan seperti itu.”
Dalam perjalanan turun, mereka singgah di Air Terjun Sendang Gile. Kabut yang berkilauan terlihat indah di bawah sinar matahari.
Dua turis asing tampak di pinggir air terjun.
Sumber gambar, Tom de Souza
Tujuan terakhir mereka adalah Torean, pos pendakian tengah dengan jalur tercuram.
Jalur ini berkelok-kelok melewati hutan lebat dan dikenal lebih berbahaya saat menuruni gunung daripada saat mendaki.
Matahari mulai terbenam. Mereka mengikuti jalan yang sempit dan berliku. Biji kopi dijemur di atas terpal di depan rumah-rumah kayu.
Sumber gambar, Tom de Souza
Di kejauhan, puncak Rinjani berkilauan merah muda keemasan di bawah sinar matahari sore.
Di Torean, Gunung Rinjani menjulang di atas dua menara masjid emas, seolah menjadi monumen sakral untuk sesuatu yang lebih besar dari manusia.
Ada beberapa momen dalam hidup di mana seseorang menyaksikan sesuatu yang begitu agung dan kuat hingga bisa membuat menangis.
Ini adalah salah satunya. Meskipun Tom tidak bisa mencapai puncak Rinjani, di kaki gunung ini ia menemukan “puncak” yang berbeda—puncak yang dicapai bukan dengan kaki, melainkan dengan hati.
 
					 
		 
                 
                 
                 
                 
                 
                 
                 
                 
                