Sumber gambar, LightRocket/Getty Images
Pemerintah berencana memblokir gim Roblox karena dianggap mengandung banyak konten kekerasan. Wacana ini memantik pro dan kontra, terutama di kalangan orang tua. Adakah jalan tengah untuk polemik ini?
Sejumlah menteri dan anggota dewan menilai gim video seperti Roblox “bisa merusak mental dan tingkah laku anak”. Namun sebagian pejabat lainnya bilang Roblox justru bisa menjadi sarana kreativitas anak.
Publik juga terpecah. Sebagian sepakat dengan wacana pemblokiran Roblox meski anak-anak mereka rutin bermain gim video itu. Namun ada pula yang tak sepakat karena merasa hak warga untuk bersenang-senang lewat gim berpotensi diberangus.
Roblox diluncurkan pertama kali pada tahun 2006 oleh Roblox Corporation yang berbasis di Amerika Serikat. Di dalam gim ini, orang bisa membuat dan menjalankan berbagai jenis permainan.
Lewat fitur Roblox Studio, semua orang dapat merancang gim sesuai imajinasi mereka, tanpa harus menguasai bahasa pemrograman.
Sumber gambar, BBC/Riana A Ibrahim
Bagaimana wacana pemblokiran Roblox oleh pemerintah?
Pada 4 Agustus lalu, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu’ti meninjau pemeriksaan kesehatan gratis di SD Negeri Cideng 02, Jakarta. Dalam momen itu, dia mengingatkan para murid agar tidak terlalu lama bermain ponsel.
Sejumlah siswa saat itu mengungkapkan kegemaran mereka bermain Roblox. Mu’ti lantas menyatakan “anak-anak tidak boleh bermain Roblox karena banyak kekerasan dan kata-kata kasar di dalamnya”.
“Banyak kekerasan di gim itu. Kadang anak tidak memahami yang mereka lihat itu kan tidak nyata. Yang terjadi, mereka meniru yang mereka lihat dan memicu kekerasan di kehidupan sehari-hari,” kata Mu’ti.
Sebelum itu, kementerian yang dipimpin Mu’ti bersama Kementerian Komunikasi dan Digital menyusun Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2025. Isinya diklaim sebagai “tata kelola untuk anak aman dan sehat digital”.
Belakangan, Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi bilang Roblox berpeluang untuk diblokir “jika konten kekerasan di dalamnya melewati batas”. Dia berkata, pemblokiran juga bisa berlaku untuk gim daring lain yang menyuguhkan kekerasan.
“Apa yang ditampilkan di situ mempengaruhi perilaku dari adik-adik,” kata Prasetyo.
“Pemerintah mau melindungi generasi kita. Kalau memang itu mengandung unsur kekerasan, ya kita tutup,” ujar Prasetyo membuat klaim.
Namun Ketua Komisi X DPR, Hetifah Sjaifudian, menolak rencana pemblokiran itu. Dia berkata, Roblox bisa menjadi media interaksi antaranak, selain mengasah kreativitas.
Roblox, kata Hetifah, bukan hanya dimanfaatkan untuk memainkan gim, tapi juga bisa menciptakan gim di dalamnya.
Wakil Ketua MPR Eddy Soeparno mengusulkan pembatasan usia yang ketat agar permainan ini tidak dimainkan semua kalangan usia.
Bagaimana pendapat orang tua?
Aryani (37 tahun) mendukung rencana pemblokiran yang dia anggap bisa membantu orang tua mencegah anak dari rasa ketagihan bermain Roblox. Menurut Aryani, putrinya yang kini berusia 14 tahun kerap menghabiskan waktu untuk bermain Roblox.
“Nanti jam segini dia bilang harus online karena dia main bareng teman-temannya,” kata Aryani.
“Terus nanti jam segini lagi harus main, entah ngapain lah dia di Roblox-nya. Pulang sekolah dan les itu sampai rumah sudah jam 8 malam, belum ngerjain tugas. Itu masih minta main Roblox,” ujarnya.
Aryani berkata, dia sebenarnya tidak sepenuhnya melarang anaknya bermain Roblox. Dia memahami bahwa remaja tak mau ketinggalan dengan teman-temannya.
Untuk itu, dia mengatur durasi waktu bermain putrinya. Di akhir pekan, putrinya memperoleh waktu dua jam memainkan Roblox. Di hari biasa, waktu yang Aryani berikan hanya satu jam.
Mengenai uang untuk membeli Roblox, Aryani berusaha memberi anaknya pengertian bahwa “tidak semua harus dibeli”. Sesekali, dia mengizinkan anaknya membeli mainan Roblox, dengan catatan, “sesuai dengan uang jajan yang diberikan atau harus menabung terlebih dahulu”.
Namun karena keterbatasan pengetahuan teknologi, Aryani tak mengetahui detail permainan yang dimainkan putrinya. Dia hanya tahu Roblox bisa dimainkan secara kolektif dan interaktif secara daring.
Sumber gambar, Universal Images Group/Getty Images
Fadly Rahman (40 tahun) mengaku lega jika pemerintah benar akan memblokir Roblox.
“Saya sudah sebulan melarang anak bermain Roblox. Sempat tantrum, dia marah-marah, tapi ya sudah, enggak apa. Sekarang dia masih sering bertanya boleh main sebentar saja, tapi saya dan istri tetap tidak memberinya,” kata Fadly.
Fadly membuat klaim, larangan itu dia berlakukan karena anaknya yang masih duduk di kelas 5 SD “tidak bisa lepas dari Roblox”.
“Belajar malas-malasan, ibunya ngamuk terus kalau ngajarin. Nilainya turun dan terus enggak mau sosialisasi. Diajak main keluar yang diingat handphone terus, Roblox terus,” ujar Fadly.
Selain itu, saat menemani anaknya, Fadly menyebut pernah beberapa kali melihat pemain “yang berbuat asusila” terhadap pemain lain di Roblox.
Artikel ini memuat konten yang disediakan X. Kami meminta izin Anda sebelum ada yang dimunculkan mengingat situs itu mungkin menggunakan cookies dan teknologi lain. Anda dapat membaca X kebijakan cookie dan kebijakan privasi sebelum menerima. Untuk melihat konten ini, pilihlah ‘terima dan lanjutkan’.
Peringatan: BBC tidak bertanggung jawab atas konten situs eksternal
Lompati X pesan
Cerita dua orang tua tadi berbeda dengan apa yang dilakukan komedian Sutisna alias Sule. Dia bilang anaknya yang berusia 18 tahun bahkan menghabiskan Rp50 juta untuk bermain Roblox.
Meski menghabiskan uang puluhan juta, Sule menilai gim daring itu bisa mengasah kreativitas dan mengenalkan anak pada bahasa Inggris. Namun Sule menyebut tetap mengingatkan anaknya “untuk beristirahat dan tak bermalas-malasan”.
Sutradara dan komika Ernest Prakasa juga menemukan manfaat dari gim Roblox yang dimainkan anak bungsunya, Snow, yang berusia 11 tahun.
Ernest, lewat unggahannya di media sosial, menyebut anaknya membuat permainan rollercoaster di Roblox. Dari situ, Ernest bilang anaknya meraup untung dari orang-orang yang berkunjung ke gim buatannya.
“Snow belajar banyak keterampilan kehidupan melalui interaksinya dengan orang banyak: negosiasi, waspada penipuan, grinding objectives, dan hal lain yang menurut gue cenderung positif,” tulis Ernest.
Ernest menerapkan aturan pada anaknya terkait Roblox. Snow hanya boleh bermain dengan teman yang sudah dikenalnya secara langsung. “Satu syaratnya: tidak boleh berinteraksi dengan orang asing,” ujar Ernest.
Sumber gambar, Dokumen Goodwork
Apa kata pakar pengasuhan dan psikolog anak?
Pakar pengasuhan, Damar Wahyu Wijayanti, menilai kewajiban mengontrol penggunaan gawai pada anak merupakan tanggung jawab orang tua.
Dalam konteks ini, kata dia, peran orang tua bisa berbentuk observasi sebelum mengizinkan anak mengunduh dan bermain Roblox. Salah satu yang perlu diketahui orang tua, kata dia, adalah apa itu Roblox dan bagaimana cara kerjanya.
Damar berkata, pedoman keamanan yang secara lengkap disediakan Roblox juga penting dibaca sebagai pertimbangan dan upaya perlindungan pada anak.
Dari pedoman keamanan itu, dia menyebut orang tua bisa mengatur konten dan permainan apa saja yang bisa dimainkan anak, sesuai dengan usia dan kesiapan mental anak.
Orang tua juga bisa menghubungkan akun mereka dengan akun anak dan membatasi fitur percakapan. Bahkan dari ponsel juga bisa membatasi penggunaan waktu.
Jika mengacu pada pedoman keamanan ini, tingkat konten dibagi menjadi empat yaitu minimal, mild, moderate, dan restricted.
“Untuk yang minimal saja, disebutkan mungkin mengandung kekerasan ringan berulang, darah yang tidak realistis, humor kasar ringan, dan/atau ketakutan ringan berulang,” ujar Damar.
Untuk itu, Damar bilang orang tua perlu peka pada kepribadian anak. Apabila anak cukup sensitif, dia menyebut konten minimal pun bisa memicu kondisi mental.
Lebih dari itu, pembatasan fitur obrolan disebut Damar juga diperlukan untuk mencegah perundungan.
“Jadi melarang atau menghukum tidak akan menjadi jalan keluar karena anak-anak bisa curi-curi nanti,” ujarnya.
“Anak-anak harus diberitahu alasan sebenarnya kenapa mereka dilarang atau kenapa mereka hanya bolehnya main jika bersama ayah-ibu, atau kenapa dibatasi.
“Ini bisa dijelaskan kalau orang tua sudah riset dulu,” kata Damar.
Damar menyebut pula pentingnya kesepakatan antara anak dan orang tua tentang penggunaan uang untuk membeli Roblox. Tujuannya, agar anak tidak terjebak dalam pola konsumtif.
Psikolog anak Roslina Verauli berpendapat serupa. Alih-alih melarang total, Vera mengedepankan pendekatan yang lebih efektif adalah edukasi dan pendampingan aktif oleh orang tua.
“Libatkan anak dalam proses menetapkan aturannya agar ia belajar bertanggung jawab. Ajak anak merefleksikan perasaannya setelah main game dan mengenali kapan waktunya berhenti, misalnya saat tubuh pegal, mata lelah, atau waktunya tidur.”
Apakah pemblokiran Roblox akan efektif?
Vera menilai gim seperti Roblox memiliki desain yang sangat menarik bahkan adiktif untuk anak-anak dan remaja. Penggabungan elemen sosial, eksplorasi dunia virtual, dan sistem pemberian hardiah membuat pemain Roblox ingin terus kembali.
Regulasi dari pemerintah dibutuhkan, menurut Vera, terutama dalam bentuk verifikasi usia, standar keamanan digital, dan kampanye literasi digital yang menjangkau keluarga di berbagai lapisan.
Vera berkata, pemblokiran hanya akan menjadi solusi jangka pendek yang tak menyentuh akar masalah sesungguhnya: kurangnya literasi digital di kalangan orang tua maupun anak.
Bagaimanapun, pendiri Good Enough Parents, Damar Wahyu Wijayanti, meyebut pengelolaan akses digital kompleks sehingga membutuhkan kerja sama, termasuk antara orang tua dan pemerintah.
“Apakah nanti benar diblokir atau mungkin ada fitur-fitur tertentu di yang perlu diperbaiki, tapi setidaknya pemerintah tidak menutup mata dan pintu untuk bikin kebijakan mulai terbuka,” ujar Damar.
Bagaimana hasil studi tentang Roblox?
Pada medio Maret 2025, salah satu pendiri dan CEO Dave Baszucki melalui wawancara khusus dengan BBC News menyampaikan perusahaannya berupaya melindungi penggunanya dan menunjukkan bahwa “puluhan juta” orang memiliki “pengalaman luar biasa” di situs tersebut.
“Pesan pertama saya adalah, jika Anda tidak nyaman, jangan biarkan anak-anak Anda berada di Roblox. Saya akan selalu mempercayai orang tua atas keputusan mereka sendiri,” ucap Baszucki.
Merujuk pada panduan untuk orang tua yang dikeluarkan Roblox, studi dari Pew Research Center 2024 mencatat 85% dari seluruh remaja di Amerika Serikat bermain gim. Salah satunya Roblox. Alasannya mulai dari relaksasi, membangun komunitas, menemukan identitas, hingga mengekspresikan diri secara kreatif. Bahkan bermain gim dianggap mengasah kemampuan pemecahan masalah.
Dalam studi yang sama, sebanyak 80% remaja berusia 13-17 tahun menganggap pelecehan di gim adalah masalah dan lebih dari 40% pernah dipanggil dengan kata yang menyakitkan saat bermain. Bentuk tersebut diketahui merupakan cyberbullying yang acap terjadi di Roblox.
Sumber gambar, AFP/Getty Images
Roblox juga disebut dapat bermanfaat bagi pemrograman dalam pendidikan STEM dan membantu kemampuan belajar kognitif dan nonkognitif siswa. Akan tetapi, persoalan perundungan siber dan kekerasan menjadi tantangan.
“Kurangnya desain pengajaran yang memadai juga berdampak ketika ingin menerapkan Roblox dalam metode pembelajaran,” tulis para periset tersebut.
Revealing Reality, agensi perilaku digital, melakukan penelitian terhadap Roblox yang memiliki lebih dari 85 juta pengguna aktif harian pada 2024. Dari angka itu, diperkirakan 40% dari jumlah tersebut berusia di bawah 13 tahun. Padahal batasan umur yang dipasang pada toko aplikasi digital seperti App Store dan Google Play adalah 12 tahun ke atas.
Dari penelitian yang menggunakan avatar uji ini, ditemukan anak-anak berusia lima tahun dapat berkomunikasi dengan orang dewasa saat bermain di Roblox tanpa verifikasi usia yang efektif. Selain itu, avatar milik akun anak berusia 10 tahun dapat mengakses tempat yang menunjukkan avatar lain berpose sensual di atas tempat tidur.
Para peneliti juga menemukan bahwa avatar uji mereka mendengar percakapan antara pemain lain yang secara verbal melakukan aktivitas seksual, serta suara menyeruput, mencium, dan mendengus berulang kali, saat menggunakan fungsi obrolan suara.
Ada pula avatar uji yang terdaftar untuk orang dewasa dapat meminta detail Snapchat avatar uji berusia lima tahun menggunakan bahasa yang nyaris tidak dimoderasi sehingga menciptakan peluang predator bekerja.
Bisakah dampak buruk dicegah?
Psikolog anak Roslina Verauli menyatakan sulit untuk mencegah dampak buruk sepenuhnya, terutama di era digital yang sangat terbuka. Namun, dampaknya bisa dikurangi secara signifikan jika orang tua dan anak memiliki relasi yang hangat, terbuka, dan penuh komunikasi.
Vera menambahkan anak-anak ingin merasa didengar, dihargai, dan tidak disalahkan saat membuat kesalahan sehingga lebih terbuka untuk belajar dan berkembang.
“Jadi, bukan soal melindungi anak dari dunia luar sepenuhnya, tapi membekali anak untuk mampu melindungi dirinya sendiri di dunia digital,” ujar Vera.